NOTULA PERTEMUAN 15

 Notula Diskusi Topik Diskusi : 

1) Konsep dan aspek radioaktivitas 

Tanggapan dari kebanyakan mahasiswa mengenai makalah bahwa makalah Konsep dan aspek radioaktivitas ini sangat menarik, penyajian rapi dan cantik, mudah dipahai serta informatif. Kesesuaian tema dengan makalah juga sudah selaras. Radioaktivitas adalah kemampuan atau proses inti atom yang tak stabil menjadi inti yang stabil dengan melepas partikel sub-atomik energik atau sinar radiasi elektromagnetik.. Proses perubahan ini disebut dengan peluruhan. Saat peluruhan inti atom yang tak-stabil mengalami perubahan menjadi inti atom yang lain, atau dapat dikatakan berubahnya suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain. Macam- macam sinar Radioktif adalah Sinar Alfa (Sinar α), Sinar Beta (Sinar β), Sinar Gamma (Sinar γ). Fenomena yang diambil adalah Penggunaan isotop radioaktif untuk memberikan label dan mendeteksi suatu rantai gen atau protein. Teknologi yang diambil adalah Positron emission tomography atau yang disebut dengan PET Scan yaitu Pemeriksaan yang menerapkan sinar radioaktif, dengan menyuntikkan radioisotop kedalam vena, melalui infus. Radioisotop kemudian akan menyebar ke dalam darah kemudian masuk dalam organ tubuh dan dipindai dengan mesin PET sehingga tergambar representasi organ tubuh dan kelainannya.Permasalahan konstektual yang diambil adalah teknologi serangga mandul untuk mengurangi penggunaan insektisida dalam pembasmian hama pertanian. 

2) Konsep dan Aspek Sistem Sensor 

Tanggapan dari mahasiswa mengenai makalah yang kami sampaikan begitu antusias dan kritis terhadap materi yang disajikan. Bahkan banyak pertanyaan dan pernyataan konstruktif guna membangun perbaikan makalah selanjutnya bagi pemateri. Ada beberapa poin penting yang menjadi pusat perhatian ialah mengenai sistem kerja, resiko pengembangan, alat-alat yang terkait, dan bidang bioteknologi pertanian dalam memanfaatkan sensor RGB, PIR, PING, DHT11, dan DHT22. Maka, didapatkan kesimpulan dari diskusi ini adalah sebagai berikut.

 a) Sensor RGB ini digunakan untuk mendeteksi kematangan buah pisang, tomat, dan belimbing, di mana warna kuning dan merah mewakili kondisi matang, dan hijau mewakili kondisi mentah. Cara menentukan range warna adalah dengan cara, mengambil sample warna untuk buah matang sebanyak 50X dengan posisi dan jarak terbaik yang telah didapatkan sebelumnya. Range warna untuk warna merah adalah dari 50 sampai dengan 255, hijau dari 30 sampai dengan 255, dan biru dari 0 sampai dengan 255. Nilai minimum merah adalah 50, dan nilai minimum hijau adalah 30. Bila salah satunya maupun keduanya kurang dari nilai minimum, buah dianggap tidak matang. Cara kerja sistem dari penelitian ini dibagi menjadi 2 sistem, yaitu sistem yang berfungsi sebagai pengecek dan penampil kematangan buah dan yang kedua adalah sistem yang berfungsi sebagai penggerak/penyortir. Pada sistem yang pertama atau sistem yang berfungsi sebagai pengecek dan penampil kematangan buah, terdapat sebuah modul sensor warna (TCS3200) yang berfungsi untuk membaca tingkatan warna dari buah, yang di mana nantinya output dari sensor warna ini akan diproses oleh mikrokontroller untuk ditampilkan di LCD. Hasil yang nantinya ditampilkan di LCD berupa status kematangan buah (matang atau belum matang) dan hasil dari RGB-nya. 

https://drive.google.com/file/d/1_vT17-bin9cdGAFYXlya96Rw8usEs-3J/view?usp=sharingb) Sistem kontrol berfungsi untuk mengendalikan suhu udara dan kelengasan tanah yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Rancangan Sistem kendali diaplikasikan menggunakan sensor untuk suhu udara dan kelengasan tanah. Mikrokontroler menghubungkan sensor dengan aktuator pompa air, dan pompa irigasi melalui modul relay dan transistor TIP122. Keakuratan sensor suhu DHT22 dan sensor kelengasan tanah dihitung berdasarkan pendekatan nilai koefisien determinasi dan total eror masing-masing sensor. Kinerja aktuator dalam perancangan ini, meliputi kecepatan respon dan durasi waktu kerja. Diperlukan sistem kontrol yang mampu mengendalikan suhu udara dan kadar air (lengas) dalam tanah menggunakan sensor wireless. Tahap pertama, perancangan sensorsensor yang terlibat dalam aplikasi budidaya tanaman cabai. Pada penelitian ini terfokus pada kalibrasi dan validasi sensor suhu dan sensor kelengasan tanah yang akan digunakan pada penelitian selanjutnya. Kinerja aktuator juga diamati tanpa menggunakan tanaman cabai. Kinerja tersebut meliputi kecepatan respon terhadap pengaktifaan aktuator dan durasi waktu kerja aktuator setiap siklus. Tahap lanjutan pada penelitian berikutnya adalah pengujian kinerja aktuator pada tanaman cabai di greenhouse dan di luar greenhouse. Namun, kadar lengas suatu tanah dapat diketahui dengan beberapa macam metode yaitu gravimetric, volumetric, tensiometer, pancaran neutron, calcium carbide dan TDR (Time Domain Reflektometri). Sedangkan, untuk mengetahui kondisi tanah tersebut lembab atau tidak dapat dilakukan beberapa metode, yaitu menurut metode perasaan dilapangan atau uji kualitatif. Metode ini dimulai dengan masa tanah kering atau lembab yang dibasahi secukupnya kemudian dipijat diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk bola lembab. Hal yang dirasakan adalah kasar atau licin kemudian ditentukan tekstur berdasarkan tabel. Metode lain yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pada metode ini terdapat tiga tahapan yaitu analisis ukuran partikel, yaitu menghilangkan bahan-bahan pengikat tanah.

 c) Sensor kelembaban atau huminity adalah perangkat elektronik yang mengukur jumlah air di udara dan mengubah pengukuran tersebut menjadi sinyal yang dapat digunakan sebagai input. Sensor ini banyak dimanfaatkan dalam industri agrikultur. Pada prinsipnya, cara kerja sensor ini adalah mendeteksi besarnya kelembaban relatif udara sekitar sensor. HS15P yang mendeteksi kelembaban di sekitarnya akan mengubah frekuensi oscilator dan akan mengirim data ke mikrokontroler slave. Dari mikro slave ini akan dilanjutkan ke mikro master. Selanjutnya, mikro akan menganalisis data, melakukan pembandingan antara data yang dikirim dan data yang dimasukkan. Apabila dalam membandingkan tersebut di atas kelembaban yang ditentukan, di bawah atau di atas dari data yang dikirim sensor maka alat akan bekerja untuk menyesuaikan kelembaban menjadi sesuai dengan yang diharapkan.

 d) Di Indonesia, penerapan sistem aplikasi sensor berbasis mikrokantilever piezoresistif untuk aplikasi sensor lingkungan dan biologi (mendeteksi humiditas dan virus dengue cukup banyak. Salah satunya ialah dalam pengembangan pada termometer suara bagi para tuna netra. Keberadaan alat ini juga sangat membantu para pasangan tuuna netra yang memiliki bayi untuk mengetahui suhu tubuh bayi.

 e) Ketiga alat di atas (PIR, PIG, dan DHT11) biasa disebut “Altekno Denhawer”, yaitu alat yang menjadi solusi dari permasalahan padi. Dengan menggunakan sensor PIR, PING, dan DHT11 yang semuanya terintegrasi dengan program di arduino dan android serta menggunakan panel surya sebagai sumber tenaga. Jadi, kesimpulannya, ketiga alat tersebut digunakan bersamaan. Tapi, mengenai perbedaan signifikan mengenai ketiganya belum saya temukan informasi lebih lanjut, dan masih sedikit jurnal dan artikel yang mengulas tentang sistem sensor dan peralatan yang terstruktur di dalamnya

Komentar